Suka Duka dan Biaya Hidup di Jepang - Ini Menurut Mereka

Assalamualaikum. Melatarbelakangi keberadaan saya di Jepang menjadikan rasa penasaran teman-teman saya timbul. Ingin mengungkap secara subjektif tapi rasanya tidak fair.

Sejak saya bedara di Jepang, sudah banyak teman-teman saya yang bertanya tentang Jepang, "Di Jepang betah gak?", "Jepang keras gak bro?", "Cewek Jepang cantik-cantik gak?","Miyabi?dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Sebenarnya saya sudah menjawab beberapa pertanyaan dari mereka secara langsung, tapi dari saya sendiri masih ragu apakah informasi yang saya berikan itu relevan atau tidak.

Contoh kasus yang paling banyak begini, teman saya bertanya, "Suka duka tinggal di Jepang gimana?". Belum saya jawab langsung tanya lagi, "Saya pengen juga kerja di Jepang, tapi gak enaknya apa sih?".

Nah, dari kedua pertanyaan tersebut sebenarnya saya tidak yakin untuk menjawabnya, apalagi pertanyaan yang ke-dua.

biaya hidup di jepang

Karena begini, misalnya saya tinggal di Tokyo, lalu ada yang bertanya seperti pertanyaan yang kedua diatas. Saya mau bisa jawab bagaimana kalau dia sendiri juga belum tau akan kerja dimana dan akan tinggal di daerah mana.

Karena kebijakan di setiap daerah di Jepang beda-beda dan cuaca pun berbeda. Jangankan cuaca, jadwal pembuangan dan pengelolaan sampah pun berbeda.

Saya pikir informasi ini harus bisa menjadi referensi atau pertimbangan untuk teman-teman yang akan ke Jepang, atau yang hanya ingin sekedar tau tentang kehidupan di Jepang.

Jika saya menginformasikan berdasarkan pandangan pribadi saja, tentunya informasi hanya akan mencangkup apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan, daerah yang saya tinggali, dan sebagainya.

Oleh karena itu saya berinisiatif mewawancarai beberapa teman saya yang tinggal tersebar di penjuru Jepang, agar informasi bisa menyeluruh.

saya menggunakan Google Form untuk mendapatkan informasi dari mereka yang tinggal di Jepang. Jadi, pola jawaban mereka sama, dan jawaban-jawaban mereka yang tadinya satu persatu saya gabungkan menjadi beberapa paragraf.

Nama saya Rifki, usia 20 tahun, tiba di Jepang 6 bulan yang lalu. Saya tinggal di Gunma Ken. Perasaan sangat senang ketika pertama datang ke Jepang, dan orang Jepang di daerah saya semua baik, sopan, dan ramah. Musim dingin di daerah saya, kata orang sini jarang turun salju, tapi kemarin turun sangat lebat. Musim panas sangat panas, bahkan panas Jakarta dan Bekasi gak ada apa-apanya. Malam hari pun masih aja terasa panas. Musim yang sangat indah menurut saya adalah musim gugur. Pohon momiji banyak di daerah saya. Kalau musim semi saya kurang tau, karena saya belum mengalaminya.

Nah, kalau bahan makanan pokok mudah dicari, bahkan bahan makanan Indonesia juga ada. Untuk harganya cukup mahal. Contoh mie goreng, di Indonesia paling sekitar 2000 rupiah, tapi disini hampir 10000 ribu. Pokoknya bahan makanan disini kalau dirupiahkan bakal mahal. Di Jepang itu ada matsuri. Saya pernah ke MatsuriMatsuri (祭) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual untuk Kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di Jepang. Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto atau kuil Buddha. Selengkapnya, festival kembang api pas musim panas. Banyak cewek dan cowok Jepang yang pakai KimonoKimono (着物) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang). Selengkapnya dan YukataYukata 浴衣, baju sesudah mandi) adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas. Selengkapnya. Hal yang membuat saya kagum terhadap Jepang adalah teknologi, budaya, dan kebiasaan orangnya.

Mengenai ibadah, saya pribadi sedikit susah. Agama saya Islam, setiap hari saya gak pernah sholat lima waktu, di tempat kerja sangat susah buat sholat. Sebernarnya gak gitu juga sih, kalau memang ada niat dari saya sendiri untuk melakukan mungkin bisa-bisa saja. Full sholat lima waktu paling kalau hari libur. Masjid lumayan jauh, 5 km dari tempat tinggal saya, dan harus naik kereta. Duka tinggal di Jepang menurut saya adalah sangat sepi, kebetulan saya tinggal di daerah pedesaan, untuk masalah ibadah saya masih merasakan kesulitan, dan jauh dari keluarga. Kalau sukanya banyak, disini benar-benar praktis. Seperti yang sudah saya tulis, teknologi, budaya, dan kebiasaan orangnya, semua itu yang bikin saya suka disini.  

Nama saya Shabrina, usia 18 tahun. Tiba di Jepang Oktober 2018, dan saya tinggal di Okayama. Saat pertama datang ke Jepang, perasaan bahagia bercampur deg-degan. Orang Jepang di daerah saya baik dan ramah. Di Okayama musim dingin gak ada salju, jarang-jarang aja.

Bahan makanan pokok di daerah saya mudah dicari, karena banyak supermarket dan pusat perbelanjaan lainnya. Harganya setara dengan harga di daerah jepang biasanya, tetapi kalau dibedakan dengan indonesia sangat beda jauh.

Hal yang membuat saya kagum terhadap Jepang adalah karakteristik orang Jepang. Mengenai ibadah, masjid tidak ada disini, hanya ada islamic center, dari apartemen tempat tinggal saya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai disana. Dukanya tinggal di Jepang itu lelah. Terlebih saya disini mengambil program arubaitoArubaito, sering diterjemahkan dengan istilah “pekerjaan sampingan”, merupakan salah satu bentuk kontrak pekerjaan yang dilakukan perusahaan-perusahaan atau toko-toko di Jepang dalam merekrut pekerja. Upah pekerja sebagai Arubaito biasanya lebih rendah daripada pegawai tetap. dan sekolah. Bagaimana caranya bisa membagi waktu untuk bekerja dan belajar. Kalau sukanya saya bisa mentadabburi kehidupan dan alam yang ada di jepang.

Nama saya Ali, usia 41 tahun. Saya pernah tinggal di Tokyo pada tahun 2000-2001, di Osaka 2013-2014, di Kyoto 2016-2017. Perasaan saat pertama datang ke Jepang exited dengan segala keteraturan dan kerapihannya. Di daerah saya orang jepangnya sangat ramah. Season di Jepang hampir sama di semua tempat yang pernah saya singgahi, tapi yang paling keren musim gugur.

Bahan makanan sangat mudah dicari, bahkan makanan halal pun sangat mudah. Saya sering datang ke matsuri, mereka betul-betul mempertahankan budaya hingga generasi berikutnya. Hal yang membuat saya kagum adalah keteraturan, sopan santun, dan kemajuan teknologinya. Kalau ibadah sangat mudah. Dukanya tinggal di Jepang pernah kena April Mop. Kalau sukanya I like everything about Japan 😁

Nama saya Ilham, usia 20 tahun. Tiba di Jepang bulan 11 tahun 2017, dan tinggal di Gifu. Perasaan saat pertama datang ke Jepang adalah senang dan kagum dengan keindahan dan kebersihan lingkungannya. Orang jepang di daerah saya kalau orang tua biasanya ramah, walaupun terkadang ada yang takut dengan orang asing. Kalau anak mudanya cenderung cuek terhadap orang asing. Namun itu mungkin karena budayanya yang individualis.

Di daerah saya musim dingin sangat dingin, mau beranjak dari tempat tidur biasanya susah dan malas. Kalau musim gugur dan semi, udaranya sejuk. Ditambah lagi sakura di musim seminya atau momiji/koyo dimusim gugurnya. Pas buat maen dan rekreasi. Musim panas gerah sepanjang waktu, tapi dimusim ini banyak matsuri atau perayaan seperti obon dan hanabi (festival kembang api). Didekat tempat saya tinggal terdapat swalayan, biasanya saya hanya beli beras ataupun sayur kalau disini, karena harganya yang saya rasa mahal. Tapi untuk bahan protein seperti daging, susu, nuget ataupun bahan makanan import dari luar jepang, saya belanja dikota sebelah dengan jarak tempuh 45 menit sepeda ataupun sekitar 30 menit kereta dengan tarif ¥240. Walaupun agak jauh tapi harganya lebih murah dari harga di swalayan.

Saya kagum dengan ketertiban orang orangnya, kebersihan lingkungannya, dan tempat wisatanya yang kebanyakan gratis serta akses transportasinya yang mudah. Tapi Yang paling saya suka yappari ceweknya. Menurut saya cantik dan anggun, walaupun ada yang ugal ugalan. Kalau bisa saya juga mau bawa pulang satu.

Walaupun banyak kuil dan vihara, orang jepang hanya beribadah sekali di tahun baru. Lahir sebagai orang budha, beribadah layaknya orang shinto, menjadi orang kristen saat menikah saja (Kecuali kalau nanti ada yang mau menikah dengan saya InsyaAllah benar-benar menjadi pemeluk Islam yang salih). Dan mati kembali menjadi orang buddha (kecuali yang mau menikah dengan saya tadi atau orang Muslim yang lainnya). Ibadah untuk saya pribadi ya menyesuaikan aja. Karna saya beragama Islam, menunaikan shalat Jumat yang susah. Satu tahun di Jepang saya baru 1x solat Jumat. Karena terbatas waktu, lokasi, dan aksesnya.

Duka tinggal di Jepang jauh dari keluarga, dan kehidupan di jepang tidak semenyenangkan di Indonesia. Sukanya seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, saya suka wanitanya. Juga gaji tentunya.

Nama saya Yudharis, tiba di Jepang tahun 2013 dan tinggal di Ibaraki Ken. Perasaan senang seperti mimpi saat pertama datang ke Jepang. Di daerah saya orang Jepangnya ramah-ramah, majikan aja yang galak.

Musim dingin sangat dingin, seperti di kulkas besar, musim semi indah sekali, kalau musim panas sangat panas karena saya kerja di ladang, musim gugur juga indah. Bahan makanan semuanya tersedia di supermarket dan convenient store, kecuali kalau cari bumbu-bumbu Indonesia dan daging halal harus ke toko indonesia, kebetulan dekat dari tempatku.

Hal yang membuat saya kagum yaitu tepat waktu, kerja keras, tertib, patuh sama peraturan. Mengenai ibadah bebas kok yang penting gak mengganggu waktu kerja. Kalo jumatan agak susah karena masjid jauh dan susah cari izinnya.

Duka tinggal di Jepang, musim dingin harus ke sawah pagi pagi, dapat libur cuma 6 hari setahun. Sukanya, gajinya besar, pemandangannya memang indah. Orangnya ramah-ramah, kemana-mana aman ngga takut ada yang jail.


Nama saya Feruzi, usia 20 tahun. Tiba di Jepang pada November 2017 dan tinggal di Kanagawa. Perasaan seperti mimpi bisa berada di negara orang saat pertama datang ke Jepang.

Orang Jepang di daerah saya, teman kerja bermacam-macam sifat/karakter, masing-masing ada yg baik, care, ada yang pemarah, ego tinggi, dan ada yang sifat nya ke kanak-kanan. Orang jepang tidak berbeda jauh dengan orang Indonesia. Menurut saya tidak semua orang jepang bersifat baik.

Saat musim dingin daerah saya tidak sedingin daerah yang lain, karna daerah saya termasuk daerah panas, suhu paling dingin berkisar -2 derajat celcius, ketika panas bisa sampai 40 derajat celcius, luar biasa panasnya. Akan tetapi saya lebih suka musim panas.

Bahan makanan pokok sangat-sangat mudah dicari, toko swalayan dimana-mana. Kalau harganya mungkin jika harga standar negara jepang, bisa dibilang sama. Hal yang membuat saya kagum, satu kata saja untuk jepang “praktis”. Ibadah jelas sangat sulit, karna tinggal di negara yg minoritas muslim. Akan tetapi, kita sebagai umat muslim harus menyempatkan untuk beribadah. Bahkan saya suka mengambil cuti hanya untuk sholat Jumat.

Dukanya tinggal di Jepang, sulit dalam beribadah, sering terjadi bencana, dan sangat jauh dari kedua orang tua. Sukanya, meski jauh dari orang tua dengan saya berada disini, tetapi kedua orang tua saya sangatlah bahagia karena mereka merasa sangat terbantu dengan saya bekerja di Jepang. Tetapi saya merasa, itu sangatlah wajib untuk saya karena sekarang giliran saya yang bantu mereka bahkan selamanya. Jika dihitung berapa besar kita harus membantu, itu tak terhingga/tak terhitung.


Nama saya Bocil, perempuan, 19 tahun. Tiba di Jepang pada Desember 2017 dan tinggal di Miyazaki. Perasaan saat pertama datang ke Jepang gersang, ga ada pohon, salut sama kesadaran masyarakatnya akan kebersihan. Orang Jepang di daerah saya baik, ramah, loyal.

Kalo musim dingin gak terlalu dingin, suhu terendah paling cuma -2 °C, kalo musim panas juga ga terlalu panas, sekitar 36 °C, musim semi di Miyazaki lebih dulu, sekitar akhir bulan 2 di beberapa daerah dimiyazaki, sakura udah mekar. Bahan makanan mudah dicari, harganya juga murah, untuk bawang merah kita sendiri belanja online, karna disini ngga ada.

Hal yang membuat saya kagum yaitu kebersihan, kejujuran, dan keramahannya. Ibadah tidak sesulit yang saya bayangkan, karna orang-orang di perusahaan saya tau tentang islam, jadi boleh sholat asal tidak bentrok dengan jam kerja. Berhubung saya tinggalnya di asrama, jadi saat istirahat bisa pulang untuk sholat.

Duka tinggal di Jepang, saat hari raya, tidak bisa kumpul dengan keluarga, juga susah mencari makanan halal (tidak mengandung babi dan alkohol). Sukanya, Disini orangnya jujur, kalo dompet hilang juga bisa balik lagi kekita tanpa takut ada yang ngambil, semuanya serba praktis.


Nama saya Adi, usia 19 tahun. Tiba di Jepang 22 Januari 2018, dan tinggal di Gunma Ken. Orang Jepang di daerah saya ramah. Season di Jepang menurut saya biasa saja, tapi ketika musim semi sungguh meriah. Bahan makanan pokok terbilang mudah dicari. Hal yang membuat saya kagum mengenai Jepang yaitu dalam hal ketersediaan untuk umumnya. Ibadah di tempat saya cukup mudah dilaksanakan. Duka tinggal di Jepang jauh dari keluarga. Kalau sukanya ketika musim dingin dan makanannya.


Nama aku Renanda, usia 19 tahun. Tiba di Jepang pada 18 Desember 2017 dan tinggal di Gifu. Saat pertama datang ke Jepang, kaget, suhunya dingin banget. Orang Jepang di daerahku, ramah kalo kita yang nyapa duluan, kalo enggak cuek banget kaya doi.

Musim dingin kadang turun salju dan pastinya dingin banget, bayangin aja kulkas terasa lebih hangat dibanding suhu luar ruangan, musim panas itu serasa di dalam oven kue, angin aja gak ada rasa sejuknya, musim panas juga banyak makan korban nyawa karna dehidrasi, musim semi cantik banyak bunga, tapi durasinya pendek banget, musim gugur juga cantik semua daun berubah warna jadi kuning bahkan ada yang merah, tapi di daerahku ada taifu (angin ribut) tahun lalu ada pohon tumbang, rumah roboh, bahkan mobil muatan pun terguling.

Mengenai bahan makanan pokok, kalo beli beras sih aku belinya online, karena apartemenku di lantai 4, jadi kalo beli online kan di antarin sampai depan pintu, apalagi kalo beli beras itu 24 kg. Kalo bawang, sayur, daging, buah biasanya beli di supermarket, aku jarang makan yang sehat, karna malas masak, kalo masak juga pasti untuk tujuan utama (kenyang).

Aku pernah datang ke MatsuriMatsuri (祭) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual untuk Kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di Jepang. Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto atau kuil Buddha. Selengkapnya, menurutku Matsuri itu unik, biarpun Jepang teknologi tinggi tapi tetap membudayakan adat tradisional, anak muda gak malu pake baju adat, karna memang bajunya cantik sih wkwk. Yang bikin kagum, Jepang itu bersih, tertib, disiplin, tegas, keren lah.

Mengenai ibadah, Aku kan Kristen, kalo nyari gereja sih banyak, tapi gereja di Jepang banyak yang tidak digunakan untuk ibadah, lebih banyak untuk pernikahan, alih fungsi jadi gedung serba guna gitu, tapi banyak juga yang masih ada ibadahnya sih. Gak sulit nyari gereja.

Duka tinggal di Jepang jauh dari keluarga, kalo banyak pikiran itu mati-matian mikir sendiri, karna percuma ngadu mama, emak juga gak bisa bantu, yang ada emak sakit ikut mikir, harus milah-milah ngasih kabar ke Indonesia, paling enggak yang enak di dengar. Sukanya punya duit sendiri pakai sendiri liburan semauku, gak dilarang mau kemanapun, bisa mewujudkan hal yang dulu dianggap gak mungkin (main salju).

Dari semua pemaparan mereka diatas, itu semuanya benar adanya. Saya pun pernah mengalami beberapa hal yang sama seperti mereka.

Dari keempat musim, yang paling cocok/pas untuk tubuh itu musim semi dan musim gugur. Tapi yang paling kontroversial itu musim dingin dan musim panas.

Musim dingin bawaannya males buat kemana-mana, kadang bagian-bagian sensitif di tubuh, seperti jari-jari tangan terasa sakit.

Ada yang pernah cerita ke saya, dia kerja di perkebunan, kerja saat musim dingin, tangan dia pernah berdarah karena saking dinginnya (kulit retak).

Kalau turun salju di malam hari, biasanya di pagi harinya banyak kecelakaan di jalan, jalan menjadi licin karena salju yang mengeras.

Musim panas, bener deh kayaknya panas Indonesia gak ada apa-apanya. Bayangin setiap musim panas hampir selalu ada yang meninggal karena dehidrasi, biasanya dialami oleh orang tua.

Mengenai ibadah, karena saya islam, menurut saya kalau memang punya iman yang kuat, ibadah lancar-lancar saja. Memang ada beberapa yang sulit dilaksanakan, contoh sholat jumat, kadang saya mengambil cuti untuk melaksanakan sholat jumat.

Kalau dari sisi keindahan, kerapihan, keteraturan, Jepang sudah tidak diragukan lagi. Tapi kalau membahas mengenai harga bahan makanan, memang mahal. Tapi sebanding kok dengan gaji yang didapat, asal jangan selalu membandingkan dengan mata uang rupiah, yang ada nanti malah kelewat irit (pelit), padahal untuk memenuhi sandang pangan diri sendiri.

Sepertinya saya cukupkan sampai disini. Sebernarnya masih banyak yang mau saya tulis, tapi akan terlalu panjang.

Itulah cerita dari beberapa teman-teman mengenai suka duka dan biaya hidup di Jepang. Semoga cerita teman-teman diatas bisa menjadi referensi, bahan pertimbangan, dan pengetahuan baru. Kalau ada yang ingin ditanyakan, tinggal tulis di kolom komentar. Sekian dan terima kasih.

Related Posts

Load comments

Comments